Lokomotif Sekolah Penggerak

By L.N. Firdaus

Direktur Eksekutif  Center for Teacher Mind Transformation (CTMT) FKIP Universitas Riau

 

Pendidikan memainkan peran sentral dalam pengembangan suatu masyarakat dan negara. Di dalamnya, guru memiliki peran utama sebagai agen perubahan dalam memberikan pengajaran yang efektif dan berdampak pada perkembangan generasi penerus.

Keberhasilan Implementasi kebijakan Sekolah Penggerak sangat bertumpu pada peran guru sebagai lokomotif penarik gerbong sekolah sebagai Lembaga pendidikan yang transformatif.

Tulisan ini menganalisis urgensi transformasi minda guru serta menghubungkannya dengan keberhasilan implementasi kebijakan Sekolah Penggerak dalam konteks isu kontemporer pendidikan Indonesia saat ini dalam bingkai kebijakan Guru dan Sekolah Penggerak.

Transformasi minda guru mengacu pada perubahan paradigma, sikap, dan pemikiran yang dilakukan oleh para pendidik dalam menghadapi perkembangan pesat dalam dunia pendidikan.

Perubahan minda ini mencakup peningkatan kompetensi pedagogis, penguasaan teknologi, kreativitas dalam pengajaran, dan pemahaman mendalam terhadap metode pembelajaran modern.

Dalam konteks globalisasi dan revolusi industri 4.0, transformasi minda guru menjadi sangat penting agar mereka dapat mempersiapkan generasi penerus untuk menghadapi tantangan masa depan.

Sejumlah tuas penggerak (driving forces) Transformasi Minda Guru untuk menggerakkan lokomotif perubahan patut menjadi fokus penguatan.

Pertama, Peningkatan Kompetensi.  Guru perlu terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka agar tetap relevan dalam memberikan pengajaran yang berkualitas. Pelatihan dan pengembangan profesional yang berkesinambungan akan membantu guru mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan.

Kedua, Penguasaan Teknologi.  Penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan interaksi guru-siswa dan membuka akses ke sumber daya pembelajaran yang lebih luas. Guru perlu memahami dan mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik pengajaran mereka.

Ketiga, Kreativitas dalam Pembelajaran.  Transformasi minda guru melibatkan pengembangan kreativitas dalam merancang strategi pembelajaran yang menarik dan efektif. Guru perlu berpikir out-of-the-box untuk menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif.

Keempat, Pemahaman Mendalam terhadap Metode Pembelajaran Modern. Guru harus memahami berbagai pendekatan dan metode pembelajaran modern, seperti pembelajaran berbasis proyek, kolaboratif, dan inkuiri. Hal ini akan membantu mereka mengajarkan keterampilan abad ke-21 kepada siswa.

Kebijakan Sekolah Penggerak adalah upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui pendekatan yang berfokus pada peningkatan kinerja sekolah, guru, dan siswa. Dalam konteks transformasi minda guru, kebijakan ini memiliki potensi untuk memantik perubahan yang positif dalam praktik pengajaran dan pembelajaran di tingkat sekolah.

Otoritas pengambil kebijakan di bidang pendidikan nasional perlu mencermati dan mengendaliukan sejumlah faktor penentu keberhasilan transformasi sekolah penggerak (critical success factors).

Pertama,  penguatan kompetensi guru penggerak.  Kebijakan Sekolah Penggerak harus memberikan dukungan yang memadai kepada guru dalam mengembangkan kompetensi mereka. Ini termasuk pelatihan, bimbingan, dan akses ke sumber daya pembelajaran yang diperlukan.

Kedua, mendorong kolaborasi dan pertukaran pengalaman. Kebijakan ini dapat menciptakan peluang bagi guru-guru untuk berkolaborasi, berbagi pengalaman terbaik, dan belajar satu sama lain. Ini dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan guru dalam mempraktikkan metode pembelajaran modern.

Ketiga, monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan.  Keberhasilan implementasi kebijakan perlu diukur secara terus-menerus melalui sistem monitoring dan evaluasi yang efektif. Hal ini akan membantu mendeteksi perubahan positif dalam transformasi minda guru dan memastikan kelangsungan upaya perubahan.

Tentu saja selalu ada sejumlah tantangan dalam setiap proses transisi perubahan dari budaya sekolah lama ke budaya sekolah baru. Melalui penguatan kepemimpinan transformatif kepala sekolah penggerak, kerentanan psikologis yang amat rapuh di zona transisi itu akan dapat dikelola secara bijak.

Resistensi terhadap Perubahan merupakan perkara yang paling krusial di hampir semua perubahan yang diupayakan, baik pada Lembaga profit maupun non profit. Sejumlah guru mungkin masih mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan tiba-tiba akibat dari kebijakan dadakan. Karenanya diperlukan pendekatan komunikatif yang efektif dan dukungan yang berkelanjutan untuk mengatasi resistensi ini.

Persoalan psikologis klasik lain adalah menyangkut keterbatasan sumber daya.  Perkara ini teramat sangat ramai dikeluh-kesahkan. Implementasi kebijakan memerlukan alokasi sumber daya yang memadai, termasuk dana, fasilitas, dan pelatihan. Tantangan ini harus diatasi agar kebijakan dapat berjalan dengan sukses.

Selebihnya adalah persoalan efektivitas koordinasi proyek perubahan. Kebijakan Sekolah Penggerak melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Koordinasi yang efektif diperlukan untuk memastikan semua elemen bekerja bersama untuk mencapai tujuan transformasi pendidikan.

Melalui dukungan yang memadai, kolaborasi yang kuat, dan monitoring yang berkelanjutan, transformasi minda guru adalah kunci utama dalam menghadapi tantangan implementasi kebijakan Sekolah Penggerak Indonesia untuk menarik gerbong pendidijan nasional yang semakin sarat dengan masalah integritas ketimbang perkara remeh temeh lainnya.

Kalau tak berangkat alias tak bergerak, maka pasti lokomotif sekolah penggerak itu tak akan pernah sampai. Jadi, bergerak lah…