Adab Kuliah

By L.N. Firdaus

Pengajar Filsafat Ilmu Program Studi Magister Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Riau

 

Adab Kuliah merupakan aspek fundamental yang tidak hanya mencakup etika dalam proses Kuliah-mengajar, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai moral dan karakter individu.

Di lingkungan perguruan tinggi, di mana mahasiswa diharapkan mencapai kedewasaan intelektual dan moral, adab kuliah menjadi landasan penting untuk mengembangkan potensi akademik dan kepribadian yang utuh.

Telaah filosofis ini menyuguhkan dimensi mendasar dari perilaku akademik yang ideal, dengan menelusuri akar-akar filosofisnya, baik dari perspektif filsafat Barat maupun Timur.

Dari Barat, Plato dan Aristoteles menekankan pentingnya etika dan kebajikan dalam pendidikan. Plato mengajarkan bahwa pendidikan harus membentuk jiwa untuk mengejar kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Aristoteles memperkenalkan konsep eudaimonia, yaitu pencapaian kebahagiaan sejati melalui pengembangan kebajikan, termasuk dalam konteks kuliah.

Dari Timur, Konfusius menekankan pentingnya hubungan harmonis antara guru dan murid serta rasa hormat sebagai dasar proses kuliah.

Dalam tradisi Islam, adab kuliah diuraikan secara mendalam oleh Ulama seperti Al-Ghazali, yang menekankan pentingnya niat yang lurus, penghormatan kepada guru, dan kesungguhan dalam menuntut ilmu.

Immanuel Kant dalam Filsafat Modern dan Kontemporer berbicara tentang otonomi dan kebebasan berpikir sebagai esensi dari pencerahan.

Paulo Freire menyoroti pentingnya pendidikan sebagai proses dialogis yang membebaskan, di mana adab Kuliah mencakup sikap kritis dan kesadaran reflektif terhadap realitas sosial.

Adab kuliah mencakup kejujuran akademik, seperti menghindari plagiarisme, menulis dengan integritas, dan menghargai karya intelektual orang lain.

Menghormati dosen, sesama mahasiswa, dan staf kampus merupakan bagian penting dari adab kuliah. Sikap saling menghargai menciptakan atmosfir akademik yang kondusif.

Mahasiswa diharapkan memiliki disiplin waktu, komitmen terhadap tugas, dan tanggung jawab atas proses kuliah mereka sendiri [heutagogi].

Adab kuliah juga bermakna memiliki kesadaran diri untuk terus mengevaluasi proses belajar, memahami kelemahan, dan berusaha untuk terus berkembang (growth mindset).

Dalam era digital, tantangan terhadap adab kuliah semakin kompleks. Akses informasi yang mudah dapat mengaburkan batas antara orisinalitas dan plagiarisme.

Selain itu, budaya instan (mediokritas) sering kali mengurangi penghargaan terhadap proses kuliah yang mendalam. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan nilai-nilai adab Kuliah yang kokoh sebagai fondasi menghadapi perubahan zaman.

Adab Kuliah di perguruan tinggi bukan sekadar aturan formal, melainkan refleksi dari kedewasaan intelektual dan moral mahasiswa.

Dengan menginternalisasi nilai-nilai keadaban dalam menuntut ilmu, mahasiswa tidak hanya menjadi individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan etika yang luhur. ***