Spiritualitas dan Pemurnian Diri
Oleh L.N. Firdaus
Alhamdulillahi, setelah Ramadan, saat Hari Raya Idul Fitri tiba Rabu kemarin. Umat Muslim merayakannya sebagai momen kejayaan dalam menjalankan puasa untuk kembali menjadi fitri di hadapan ALLAH SWT.
Melalui pengalaman spiritual berpuasa, seseorang belajar sekuat dapat mengendalikan syahwat dan keinginan duniawi, serta mendorong untuk lebih fokus pada kebaikan dan kebajikan.
Selepas itu, datanglah Idul Fitri. Hari Raya bagi umat Islam untuk merayakan kesuksesan dengan penuh suka cita atas ibadah puasa selama bulan pembakaran dosa.
Ianya tidak hanya menjadi ajang untuk berkumpul dengan keluarga dan saudara mara, karib kerabat, dan handai taulan, melainkan juga sebagai momen untuk memperkuat hubungan sosial dan saling memaafkan berlandaskan keikhlasan sejati.
Idul Fitri adalah saat untuk memaafkan kesalahan orang lain dan juga meminta maaf atas kesalahan yang telah kita lakukan. Dengan saling memaafkan, umat Muslim dapat memulai lembaran baru dengan hati yang bersih dan damai.
Meskipun Idul Fitri menandai akhir dari bulan Ramadan, namun tantangan untuk tetap menjaga kesucian jiwa dan spiritualitas tetap berlanjut sepanjang hayat dikandung badan.
Proses untuk menjadi fitri kembali tidak berhenti begitu saja setelah lebaran berakhir. Sebaliknya, merupakan awal dari perjalanan panjang untuk terus memperbaiki diri, memperdalam iman, dan meningkatkan ketaqwaan kepada ALLAH SWT.
Tantangan tersebut termasuk mempertahankan amal ibadah yang telah dilakukan selama Ramadan, menjaga keteguhan hati dalam menghadapi godaan duniawi, dan terus berupaya menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
Walhal, perkara menjadi fitri kembali setelah Ramadan bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari perjalanan spiritual yang lebih mendalam dan bermakna.
Proses ini melibatkan pengorbanan, ketekunan, dan keberanian untuk menghadapi tantangan yang ada.
Namun, dengan kesabaran dan keyakinan yang teguh, setiap Muslim dapat mencapai kesucian jiwa dan mendekatkan diri kepada ALLAH SWT.
Dengan demikian, Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga peluang untuk memperkuat iman, memperbaiki diri, dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
Khilaf dan salah Tuan/Puan sudah pun hamba maafkan, Maafkan pula khilaf dan salah hamba pribadi dan keluarga.
Taqabbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum wa ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin kullu aamiin wa antum bi khair, Insya ALLAH.