Emak Kawan
by L.N. Firdaus
Hari ini (22 Desember) diperingati sebagai Hari Ibu. Hari Emak. Kemarin (21 Desember) Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN). Hari Kawan. Untuk kedua ingatan itu, saya gabung saja jadi satu, Emak Kawan.
Emak Kawan dalam tulisan ini lebih untuk mengenang Emak saya alias Emakku. Tafsiran lain bisa saja Emak dari kawan saya alias Emaknya.
Emakku lahir di Kampung bernama Pelakak, Pulau Singkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan telah berpulang 21 Juli lalu.
Dalam berkawan, Emak Kawan sangat setiakawan. Kawan-kawan Emak Kawan itu memang tak lah ramai. Emakku bukan tipe Emak yang kemaruk bersosialita. Hanya sekeliling pinggang kampung. Pas pula nama kampung Emak Kawan tu Kampung Tengah.
Perkara sehidup-semati, Emak Kawan sudah menunaikan janjinya. Ayah Kawan sudah berpulang tiga puluh empat tahun silam (1987). Emak Kawan berpulang baru berselang lima bulan (2021).
Kesetiaan Emak Kawan tu bukan karena materi. Uang Pensiun PT Timah Singkep yang diwariskan kepada Emak Kawan per 21 Juli 2021 itu hanya Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah per bulan. Tak pernah pula Emak Kawan tu menggugat cerai ke catatan sipil karena tak tahan hidup melarat.
Emak Kawan juga tak pernah unjuk rasa minta rasionalisasi uang pensiun ke markas besar PT Timah di Pulau Bangka sana, meski sudah hampir dua abad bijih timah dikeruk dari Pulau Singkep. Bahkan Kolong di tepi halaman muka rumah Emak Kawan pernah dua kali dikeruk.
Emak Kawan juga tak pernah hirau dengan dunia politik yang miskin kesetiakawanan. Ada duit setia. Tak ada duit pergi lah sana. Jangankan persahabatan. Pertemanan pun susah. Yang ada hanya lah kepentingan.
Untung lah Emak Kawan tu tak bisa baca tulis. Jadi tak pernah ambil hirau dengan dunia perpolitikan yang suka cekau sana cekau sini.
Tak mudah juga mengenal pasti mana kawan dan mana lawan dalam dunia politik yang miskin adab. Terkadang kawan disepak dari depan. Menikam dari belakang sudah tak heran.
Politik dunia kampus begitu juga. Sebelas dua belas. Emak Kawan tak paham soal kampus, meskipun anaknya kuliah, berkerja dan berkarya di kampus. Emak Kawan tu sebetulnya Guru Besar sejati di kampus kehidupan.
Selamat berehat Emak di Kampung Akhirat. Terima kasih Emak telah melahirkan, merawat, membesarkan, dan mendidik kami dengan setulus hati.
Terima kasih Emak telah memberi kesempatan dapat mencium telapak kaki Emak dan mengantarkan Emak ke tempat peristirahatan terakhir. Kasih Emak memang sepanjang jalan, kasih kami hanya sepanjang galah.**